Kesenjangan Sarana Prasarana pendidikan di Era Perspektif Global

 Kesenjangan Sarana Prasarana Pendidikan: Sebuah Realita yang Menghambat Kemajuan Bangsa

Pendidikan merupakan fondasi utama dalam pembangunan suatu bangsa, namun realitas di lapangan sering kali menunjukkan ketimpangan yang signifikan dalam sarana dan prasarana pendidikan di berbagai belahan dunia. Era globalisasi yang sedang berlangsung memberikan tantangan dan peluang baru dalam upaya menyediakan akses pendidikan yang merata dan berkualitas bagi semua individu, tetapi juga mengungkapkan perbedaan yang tajam dalam infrastruktur pendidikan daerah perkotaan dan pedesaan.

Kualitas pendidikan antara sekolah yang di kota dan daerah terpencil masih terdapat kesenjangan cukup besar. Sering kita lihat secara langsung maupun lewat pemberitaan dimedia televisi, media sosial lainnya dan surat kabar bahwasanya kondisi sekolah di pedesaan dan daerah terpencil masih jauh dari kata layak. Misalnya kondisi bangunan yang rapuh bahkan hampir runtuh ditambah atap yang bocor disaat musim hujan sehingga kegiatan proses belajar mengajar sering terkandala. Persoalan sarana dan prasarana menjadi persoalan yang krusial dalam perbaikan dan pembangunan sistem pendidikan di Indonesia. Kerusakan sarana prasana pendidikan seperti ruang kelas, perpustakaan dan laboratorium yang tidak menunjang proses pembelajaran kondusif menjadi faktor utama yang mempengaruhi keberhasilan penyelenggaraan pendidikan karena proses pendidikan berlangsung tidak efektif. Kesenjangan lainnya juga pada jumlah dan ketersediaan buku, ketersediaan buku di daerah perkotaan, daerah terpencil maupun perbatasan masih terjadi kesenjangan baik dari segi jumlah ketersediaan dan kualitas buku. Ketersediaan buku merupakan penunjang pendidikan yang sangat penting karena hal ini akan menunjang keberhasilan proses pendidikan.

Jika menelisik bagaimana sekolah pelosok berkembang, mungkin kita akan disuguhkan dengan perjuangan pelajar dalam menempuh pendidikan yang jauh dari kata baik. Kita tidak bisa menafikan bahwa mereka yang berada di pelosok-pelosok desa sama sekali tidak mengetahui kebijakan ini, baik dari tenaga pendidik dan para murid itu sendiri. Sarana untuk menunjang keberlangsungan pendidikan terkadang tidak sesuai, bahkan tidak memiliki sarana dan prasarana yang seharusnya dimiliki. Berkembangnya sebuah instansi pendidikan mungkin tidak sepenuhnya melalui sarana dan prasarana, namun dengan adanya sarana dan prasarana yang memadai setidaknya sekolah yang memilikinya dapat mempraktikkan ilmu yang didapat tidak hanya teori saja.

Faktor-faktor yang Menyebabkan Kesenjangan Sarana Prasarana pendidikan

  • Keterbatasan Anggaran Pendidikan: Anggaran pendidikan yang terbatas sering kali menjadi hambatan utama dalam pembangunan dan pemeliharaan infrastruktur pendidikan yang memadai. Di berbagai daerah, alokasi anggaran untuk pendidikan tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti perbaikan bangunan sekolah, peningkatan fasilitas belajar, dan pengadaan teknologi pendidikan.
  • Kurangnya Akses Terhadap Teknologi: Akses terhadap teknologi informasi dan komunikasi (TIK) merupakan faktor kunci dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Namun, di daerah pedesaan dan terpencil, sering kali terdapat kendala dalam akses internet, perangkat komputer, atau infrastruktur teknologi lainnya yang diperlukan untuk mendukung pembelajaran digital dan inovatif.
  • Kurangnya Infrastruktur Fisik: Sekolah-sekolah di daerah terpencil atau yang terpengaruh bencana alam sering menghadapi masalah infrastruktur fisik yang buruk, seperti bangunan yang tidak aman, ruang kelas yang tidak memadai, dan fasilitas sanitasi yang kurang layak. Kondisi ini tidak hanya mengganggu proses belajar mengajar, tetapi juga membahayakan keselamatan dan kesehatan siswa dan tenaga pendidik.

Contoh Kasus dan Penanggulangan Kesenjangan Sarana Prasarana Pendidikan

1. Siswa SD di Bone Belajar di Kolong Rumah dengan Fasilitas Seadanya


Bone - Siswa kelas jauh di SD 5/81 Pallawa, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan (Sulsel) belajar dengan kondisi seadanya. Mereka sehari-hari belajar di kolong rumah berlantaikan tanah.

"Benar-benar di bawah kolong rumah itu belajar anak-anak. Sejak tahun 2011 itu (kondisi kelas jauh), jadi sudah sekitar 11 tahun belajar di kolong rumah," kata Kepala Desa Pallawa Makmur kepada detikSulsel, Sabtu (10/12/2022)

Makmur mengatakan, ada 3 kelas yang dibuka di kelas jauh ini. Mulai dari kelas 1 sampai ke kelas 3 dengan jumlah siswa 40 orang. Sementara kelas 4 sampai 6 siswa dialihkan ke sekolah induk SD 5/81 Pallawa.

"Setiap hari belajar. Namun fasilitasnya kurang memadai, dan kurangnya juga tenaga guru. Guru yang mengajar pun hanya sukarela," sebutnya.

"Butuh bantuan untuk pembangunan gedungnya, buku juga kurang. Saya selalu teriakkan setiap tahun di musrembang untuk dibuatkan gedung kelas ini," jelasnya.

Kondisi memprihatinkan ini terungkap dalam pemberitaan media lokal, mengundang keprihatinan banyak pihak. Keadaan ini tentu menghambat proses belajar mengajar dan mengancam kesehatan para murid. Fasilitas yang tidak memadai ini juga dapat menimbulkan rasa minder dan tidak percaya diri pada anak-anak.

Kondisi ini bukan hanya tanggung jawab pemerintah daerah setempat, tetapi juga seluruh elemen bangsa. Kita perlu bersatu padu untuk membantu mewujudkan mimpi anak-anak di Bone dan di seluruh pelosok negeri untuk mendapatkan pendidikan yang berkualitas dan layak.

Harapan dan Upaya Menuju Masa Depan yang Lebih Cerah:

  • Pemerintah perlu mengambil langkah konkrit dan solutif. Dana pendidikan harus dialokasikan secara tepat dan merata, dengan prioritas utama untuk membangun infrastruktur sekolah di daerah terpencil dan pedesaan.
  • Masyarakat dan organisasi sosial dapat membantu dengan berbagai cara. Donasi, pembangunan sekolah semi permanen, dan penyediaan fasilitas belajar mengajar dapat menjadi kontribusi nyata untuk membantu anak-anak di Bone.
  • Media massa perlu terus mengangkat isu ini dan mendorong partisipasi publik. Dengan sorotan media, masyarakat akan lebih tergugah untuk membantu dan pemerintah akan terpacu untuk memberikan solusi yang tepat.

Marilah kita jadikan kisah murid-murid SD di Bone ini sebagai pengingat bahwa masih banyak anak-anak di negeri ini yang membutuhkan uluran tangan kita. Bersama-sama, kita wujudkan masa depan pendidikan yang lebih cerah dan merata bagi seluruh anak bangsa.

2. Kurangnya Sarana dan Prasarana Menghambat Proses Belajar Mengajar di SDN Jampang 2 Gunung Sindur kabupaten Bogor


Sarana dan prasarana yang tidak memadai terjadi di SDN Jampang 2, Gunung Sindur kabupaten Bogor, di SDN Jampang ini bukan masalah pada akses tempat yang sulit namun dilihat dari kondisi sekolahnya, Syarif Hidayatullah yakni salah satu guru yang ada di SDN tersebut bercerita bahwa siswa belajar di dalam ruangan yang platfonnya bolong, kayu-kayu yang menggelantung di langit-langit ruang kelas, kayu penyangga genting yang kropos dan dimakan rayap, temboknya retak-retak dan lantai keramik yang bergelombang.

Upaya Menuju Masa Depan yang Lebih Baik:

  • Pemerintah perlu meningkatkan investasi dalam pendidikan: Dana pendidikan harus dialokasikan secara adil dan merata, dengan prioritas utama untuk membangun dan memperbaiki infrastruktur sekolah di daerah terpencil dan pedesaan seperti SDN Jampang 2.
  • Melibatkan masyarakat dan organisasi sosial: Masyarakat dan organisasi sosial dapat membantu dengan berbagai cara, seperti donasi, pembangunan ruang kelas semi permanen, dan penyediaan fasilitas belajar mengajar.
  • Meningkatkan akuntabilitas dan transparansi: Pemerintah perlu meningkatkan akuntabilitas dan transparansi dalam pengelolaan dana pendidikan untuk memastikan bahwa dana tersebut digunakan secara efektif dan efisien.
  • Pemanfaatan teknologi: Teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan akses pendidikan di daerah terpencil. Pemerintah perlu menyediakan akses internet dan pelatihan bagi guru untuk menggunakan teknologi dalam proses belajar mengajar.
Mewujudkan mimpi pendidikan berkualitas bagi semua anak bangsa adalah tanggung jawab bersama. Kita perlu bersatu padu untuk membantu SDN Jampang 2 dan sekolah-sekolah lain di Indonesia yang mengalami masalah serupa. Dengan komitmen dan upaya bersama, kita dapat menciptakan masa depan pendidikan yang lebih cerah dan merata bagi seluruh anak bangsa.

Upaya mengatasi kesenjangan sarana prasarana pendidikan dari sudut pandang geografi

Dari sudut pandang geografi, terdapat beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi kesenjangan ini, antara lain:
  • Melakukan pemetaan menyeluruh terhadap kondisi sarana prasarana pendidikan di seluruh wilayah Indonesia. Pemetaan ini harus mencakup data kuantitatif dan kualitatif, seperti jumlah sekolah, kondisi bangunan, ketersediaan ruang kelas, laboratorium, perpustakaan, dan fasilitas lainnya.
  • Berdasarkan hasil pemetaan dan analisis, prioritaskan daerah-daerah yang paling tertinggal dalam hal sarana prasarana pendidikan.
  • Alokasikan dana yang memadai untuk pembangunan dan renovasi sarana prasarana pendidikan di daerah prioritas. Dana ini dapat bersumber dari pemerintah pusat, daerah, maupun swasta.
  • Dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan sarana prasarana pendidikan, perlu mempertimbangkan kondisi geografis unik di setiap daerah. Misalnya, di daerah pegunungan, perlu dibangun sekolah yang tahan gempa dan mudah diakses. Di daerah terpencil, perlu diupayakan aksesibilitas yang memadai, seperti pembangunan jalan dan jembatan

Dalam Pandangan Agama surah Al-Mumtahanah  Ayat 8 yaitu:

لَا يَنْهٰىكُمُ اللّٰهُ عَنِ الَّذِيْنَ لَمْ يُقَاتِلُوْكُمْ فِى الدِّيْنِ وَلَمْ يُخْرِجُوْكُمْ مِّنْ دِيَارِكُمْ اَنْ تَبَرُّوْهُمْ وَتُقْسِطُوْٓا اِلَيْهِمْۗ اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِيْنَ ۝٨
Allah tidak melarang kamu berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tidak memerangimu dalam urusan agama dan tidak mengusir kamu dari kampung halamanmu. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil.

Ayat ini dari Al-Qur'an Surah Al-Mumtahanah (60:8) menekankan pentingnya berlaku adil dan berbuat baik terhadap orang-orang yang tidak memerangi dalam urusan agama dan tidak mengusir dari kampung halaman. Dalam konteks pendidikan, nilai-nilai yang terkandung dalam ayat ini dapat diterapkan sebagai berikut:

  1. Keadilan dalam Akses Pendidikan: Setiap siswa memiliki hak yang sama untuk mendapatkan pendidikan yang berkualitas tanpa adanya diskriminasi berdasarkan latar belakang agama, etnis, atau sosial ekonomi.

  2. Berbuat Baik dalam Pelayanan Pendidikan: Guru dan staf sekolah diharapkan untuk memberikan pelayanan yang baik dan menyenangkan kepada semua siswa, tanpa membedakan perlakuan berdasarkan perbedaan latar belakang atau kondisi ekonomi.

  3. Perlakuan Adil terhadap Semua Siswa: Pentingnya perlakuan yang adil dan tidak memihak terhadap setiap siswa, sehingga setiap individu dapat merasa dihargai dan didukung dalam proses belajar mengajar.

  4. Komitmen terhadap Kesejahteraan Siswa: Ayat ini juga mengajarkan untuk memperhatikan kesejahteraan siswa secara menyeluruh, termasuk fasilitas pendidikan yang aman, nyaman, dan memadai bagi semua.

Dengan menerapkan prinsip-prinsip ini dalam konteks pendidikan, kita dapat menciptakan lingkungan belajar yang inklusif, adil, dan memenuhi kebutuhan semua siswa, sebagaimana yang dianjurkan dalam ajaran Islam untuk berlaku adil dan berbuat baik kepada sesama.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TUGAS KAPITA SELEKTA

SIMPLE PRESENT TENSE